Kamis, 25 Februari 2010

Nursepreuneur

JADI PIMPINAN ATAU BAWAHAN?

Jika setiap saat kita selalu menanyakan “Apa hak-hak saya?” itu artinya kita termasuk golongan bawahan. Sedang jika kita lebih suka bertanya “Apa tanggung jawab saya?”, itu berarti termasuk golongan pemimpin. Wajar saja, mestinya memang demikian. Selain itu, seorang bawahan biasanya orang yang bekerja lebih terdorong oleh emosinya. Sementara seorang pemimpin, bekerja atau berbisnis lebih terdorong oleh karakternya. Kita juga bisa melihat, bahwa seorang bawahan itu akan merasakan senang, baru kemudian dia melakukan pekerjaan atau tugasnya dengan benar. Itu lain dengan pemimpin. Dia akan selalu berusaha melakukan segala pekerjaannya dengan benar kemudian dia akan merasa senang dengan prestasi kerja itu.

Perbedaan lain yang cukup menonjol antar keduanya, menurut pakar leadership, John C Maxwell, yaitu seorang bawahan itu sukanya selalu menunggu momentum, barulah dia mau bergerak. Sikapnya lebih mengendalikan tindakan, dan berhenti ketika masalah timbul. Sementara, kalau kita sebagai pemimpin maka kita akan lebih cenderung menciptakan momentum. Sedang tindakannya lebih mngendalikan sikapnya, dan seorang pemimpin justru akan meneruskan usahanya ketika masalah timbul. Kita juga melihat, memang benar seorang bawahan itu jika membuat keputusan apapun selalu berdasarkan popularitas. Berbeda dengan pemimpin yang setiap membuat keputusan apapun, termasuk dalam bisnisnya, adalah lebih berdasarkan pada prinsip dan bukan popularitas. Sehingga tidak mengherankan kalau seorang pemimpin itu tidak suka bersikap murung dalam menggeluti usahanya. Kita yakin jika kita bekerja pada perusahaan besar sebagai bawahan, tentu kita tidak bisa berbuat banyak, atau tidak bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan. Naiknya karier kita pun jelas membutuhkan waktu yang lama. Tidak lain halnya, kalau kita bekerja pada perusahaan yang masih kecil, maka peluang untuk mengembangkan bisnis lebih besar.

Sehingga karier kita pun akan cepat berkembang pula. Kita jadi punya andil untuk mengembangkan usaha menjadi besar, dan akhirnya kita akan lebih cepat jadi pemimpin perusahaan. Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak akan membuat kita berhenti bekerja, kalau kita punya jiwa kepemimpinan. Tapi sebaliknya, kalau kita terus menerus menjadi bawahan, akibatnya kita tidak punya keberanian jadi pemimpin. Kita juga tidak akan memiliki keberanian untuk mencoba punya bisnis sendiri. Akhirnya, sekarang kita hanya mempunyai dua pilihan: ”Kita menyerah saja menjadi bawahan atau kita tetap berusaha untuk menjadi seorang pemimpin.”

Kita sendirilah yang bisa ’memotret diri’ kita sendiri, dan bukan orang lain. Kita memang harus tumbuh sendiri, bukan masalah seberapa besar perusahaan atau bisnis yang dipimpin. Tapi yang penting kita dengan sadar telah membangun diri kita menjadi pemimpin. Anda berani memimpin? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. (Rz)

1 komentar:

Kapuk Online mengatakan...

Harus Berani....!!!