Heboh, itulah kata yang tepat untuk mengomentari bagaimana ramainya orang membicarakan Ponari. Saking bejubelnya pasien yang ingin berobat sampai-sampai ada yang meninggal dunia. Sungguh ironis sekali. Ya, beberapa pekan kemarin sampai sekarang ini Jombang menjadi pusat pemberitaan media cetak dan elektronik nasional yang mengabarkan bagaimana panjangnya antrean manusia yang hendak minta disembuhkan Ponari, si dukun cilik. Tidak hanya itu saja, bahkan Kak Seto dari Komnas Perlindungan Anak juga ikut nimbrung urun rembug agar sekolah Ponari tidak terganggu. Pokoknya heboh lah...
Bila kita lihat, fenomena ini sungguh memprihatinkan. Kacamata agama jelas melihat hal ini sebagai sebuah kesyirikan dan inilah juga yang dikatakan oleh MUI Jatim. Jika kita tarik ke ranah kesehatan maka akan kita temukan beberapa permasalahan yang menjadikan kondisinya seperti ini. Dengan logika yang sederhana saja maka akan kita bisa simpulkan :Pertama, masyarakat kurang bisa mengakses pelayanan kesehatan yang terjangkau dengan mudah. Meskipun telah digulirkan program Jamkesmas, Jamkesos, Jamkesda, JPKM atau yang sejenisnya tapi nampaknya apabila kita lihat dari tingginya animo masyarakat yang datang maka ada kemungkinan faktor pembiayaan kesehatan menjadi masalah bagi masyarakat. Hal ini tentunya tidak lepas dari birokrasi dan juga prosedur yang sering tidak dijalankan dengan benar. Salah sasaran, dalam program asuransi di atas merupakan rahasia umum, sehingga menimbulkan ketimpangan. Yang seharusnya berhak tidak mendapatkan haknya, yang seharusnya tidak memiliki hak justru menikmatinya dikarenakan dekat dengan birokrasi atau karena sebab lainnya. Perlu diadakan verifikasi ulang untuk memvalidkan data apabila masalah ini tidak ingin berlarut-larut karena masyaraktlah yang dirugikan.
Kedua,
Kedua,